skip to Main Content

Lindungan Industri Dalam Negeri, Kemenperin Rancang SNI Wajib Refraktori

Oleh: Endang Supriadi

Industri refraktori merupakan salah satu sektor padat modal yang membutuhkan bahan baku impor masih cukup tinggi. Produk refraktori antara lain digunakan sebagai pelapis untuk tungku, kiln, insinerator, dan reaktor tahan api pada industri semen, keramik, kaca dan pengecoran logam.

Kementerian Perindustrian berharap, dengan terbentuknya Asosiasi Industri Refraktori dan Isolasi Indonesia (ASRINDO) dapat menjadi mitra strategis bagi pemerintah untuk bersama-sama menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada, khususnya mengurangi nilai impor secara signifikan.

Saat ini, kebutuhan nasional terhadap produk refraktori mencapai 150.000-200.000 ton per tahun. Sementara itu, industri dalam negeri memasok kebutuhan tersebut sebesar 50.000 ton per tahun. Oleh karena itu, Kemenperin berupaya memacu pertumbuhan dan peningkatakan kapasitas produksi industri refraktori di dalam negeri, sejalan dengan program substitusi impor.

Pada triwulan III tahun 2019, konstribusi industri bahan galian nonlogam terhadap industri pengolahan sebesar 2,98% dengan nilai ekspor sebesar USD1039,83 juta dan sumbangsih nilai investasi industri bahan galian nonlogam mencapai Rp6,49 triliun. Potensi ini akan membawa dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Direktorat Industri Semen Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam (ISKBGNL), Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) bertekad untuk terus mendorong tumbuhnya industri pengolahan bahan galian nonlogam di Indonesia. Hal ini sejalan dengan kebijakan hilirisasi guna meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri.

Apalagi, Indonesia memiliki kekayaan alam berupa sumber daya mineral atau bahan galian nonlogam yang cukup besar dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Untuk itu, perlu diolah secara optimal sebagai modal dasar pembangunan industri nasional.

Kebijakan pengembangan sektor industri pengolahan difokuskan pada penguatan rantai pasok untuk menjamin ketersediaan bahan baku dan energi yang berkesinambungan dan terjangkau sesuai amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.

Dalam menghadapi tantangan sebagai akibat dari perdagangan bebas serta untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi, pemerintah terus berupaya mendorong berkembangnya sektor industri yang berdaya saing tinggi dengan menciptakan iklim usaha yang atraktif.

Selain itu, dalam menghadapi tantangan sebagai akibat dari perdagangan bebas serta untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi, pemerintah terus berupaya mendorong berkembangnya sektor industri yang berdaya saing tinggi dengan menciptakan iklim usaha yang atraktif.

Guna meningkatkan daya saing industri nasional, Kemenperin telah melakukan upaya-upaya strategis, antara lain membuat regulasi teknis barrier untuk melindungi industri sebagai upaya pengendalian impor dan pengamanan pasar dalam negeri, optimalisasi pemanfaatan pasar dalam negeri dan pasar ekspor, serta penerapan Program Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN).

Adapun langkah strategis yang telah dijalankan oleh Direktorat Industri Semen Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam pada tahun 2020 antara lain menyusun rancangan dua judul Rancangan Standard Nasional Indonesia (RSNI) terhadap produk refraktori, yaitu Rancangan SNI Ramming Mix Jenis Samot dan Jenis Kadar Alumina Tinggi, serta Rancangan SNI Bahan Tahan Api Kastabel Jenis Alumina dan Alumina Silika.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) selama periode Januari – Desember 2020, untuk jenis refraktori yang masuk ke Indonesia setidaknya ada tujuh jenis HS, yaitu [25233000] Aluminous cement, [38160010] Refractory cements, mortars, concretes, [38160090] Oth refractory cements, mortars, concert, dan [69021000] Goods of siliceous cont by weight, singly/together Mg,Ca,Cr>50%.

Berikutnya, [69022000] Goods of siliceous cont by weight, singly/together alumina, silika, or mixture >50%, [69029000] Goods of siliceous cont by weight,of oth metals compound, dan [69031000] Oth refractory ceramic goods cont by weight, graphite/carbonor a mixture >50% kilogram.

Dengan nilai impor di tahun 2020 sebesar USD247.786.600 atau bila di konversi ke dalam kilogram menjadi 316.855.109 Kg, sehingga nilai impor lebih tinggi dibandingkan ekspor yang tercatat senilai USD2.174.766,38 dengan total pengiriman ke luar negri sebesar 5.532.233 Kg. Kondisi ini masih bisa diperbaiki, di mana ekspor dan produksi dalam negeri baru mencakup 4 HS, yaitu [3816001000], [3816009000], [69022000] dan [69029000] dengan total produksi pada tahun 2020 mencapai 100 ribu ton per tahun.

Dari data tersebut, diperoleh tingkat penguasaan pasar dalam negeri untuk komoditas refraktori senilai 0.32% dihitung dari pencapaian produksi dikurangi ekspor dan dibagi dengan tingkat konsumsi dalam negeri.

Indikator penguasaan pasar dan impor menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Kemenperin lewat Direktorat ISKBGNL untuk menarik investasi dari luar negeri agar membangun fasilitas produksi di Indonesia yang secara tidak langsung akan membuat peluang terserapnya tenaga kerja dan terpenuhinya kebutuhan dalam negeri. Selain itu komoditas refraktori banyak digunakan di dalam proses produksi seperti semen tahan api dan batu bata tahan api sehingga dapat menujang percepatan alur rantai produksi dan distribusi.

Direktorat ISKBGNL optimistis di tahun 2021 dapat meningkatkan target pengusaan pasar di atas 0,40%. Hal ini dimungkinkan dengan tingkat kebutuhan nasional di tahun 2020 untuk komoditas refraktori mencapai 220 ribu ton dan akan terus beranjak naik pada tahun 2021. Selanjutnya, Direktorat ISKBGNL merancang startegi agar dapat menaikkan produksi lokal serta melindungi industri refraktori dalam negeri dengan menerapkan kebijakan wajib SNI untuk refraktori impor.

Back To Top