Berkah Saat Pandemi, Penjualan Melambung Tinggi

Tak sedikit perusahaan manufaktur yang tertekan selama pandemi covid-19, bahkan banyak perusahaan yang merumahkan karyawannya agar tetap survive. Hanya sedikit perusahaan yang bisa bertahan, perusahaan farmasi misalnya, subsektor ini mendapat berkah selama pandemi.
Hal itu diakui oleh Abelardo Rafael Riveron Mora, Presiden Direktur PT. Schott Igar Glass-perusahaan yang memproduksi kemasan farmasi. Pertumbuhan penjualan selama triwulan III tahun 2020 meningkat 20 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
“Kapasitas kami tidak meningkat, utilitasnya tidak berubah tetapi sales-nya (penjualan). Untuk angka kami tidak bisa berikan detailnya tetapi dibanding tahun kemarin tahun ini 20 persen lebih tinggi,” tutur Abelardo dalam pertemuan virtual, Jumat (11/12/2020).
Abelardo mengucapkan, produk utama perusahaan yang berinduk di Jerman itu ialah vial, ampul dan pipet. Namun, tren penjualan tiga produk itu berbeda-beda. Permintaan untuk vial dan pipet dibanding tahun tahun lalu jauh lebih tinggi, sementara ampulnya banyak alami penurunan.
“Tetapi kalau kita melihat seles, tahun ini tahun pandemi ini dibandingkan dengan kemarin itu masih jauh lebih baik. Jadi kami bisa berkesimpulan bahwa pandemi tidak ada efeknya kepada schoot igar glas,” ujarnya.
Karena tak oleng, perusahaan multinasional itu berani memasang target tahun depan penjualannya bisa tumbuh paling rendah 10 persen. Namun, bisa juga jauh lebih tinggi karena vaksin sudah masuk.
“Karena yang buat botol untuk vaksin itu Schot, maka pertumbuhan tahun depan bisa lebih tinggi dari target kami. Tapi target kami paling rendah tumbuh 10 persen,” ungkap Abelardo.
Adapun komposisi penjualan lima tahun terakhir masih 50:50 persen untuk pasar ekspor dan lokal marketnya, namun akhir-akhir ini sudah berubah 65 persen untuk ekspor dan 35 persen untuk lokal market. Tahun ini juga, pertumbuhan ekspor juga naik 20 persen disbanding tahun kemarin.
Ketika ditanya, bagaimana jika perusahaannya terdampak dengan covid ini, Abelardo mengatakan bahwa manajemen sudah menyiapkan antisipasi jika sewaktu-waktu perushaan di Indonesia tidak bisa beroperasi. Sebagai perusahaan multinasional, Schott Igar Glass ada di 14 negara selain Indonesia. Selain di Jerman, ia juga berada di Amerika Serikat, India, Cina dan sejumlah negara lainnya. Jadi, ketika di Indonesia terdampak bisa di back up oleh perusahaan di negara lain yang punya pabrik sejenis, sehingga industri farmasi di Indonesia tidak mengalami masalah. “Kami sangat mensuport industri farmasi di Indonesia, tegas Abelardo.
Mesin Baru
Abelardo mengakui bahwa perusahaannya belum berniat untuk menambah investasi dalam waktu dekat. Tetapi tetap ada ruang di lokasi pabrik saat ini. Maret 2021 lanjut dia, perusahaan akan menerima 1 dari 10 mesin baru yang sudah direncanakan sebelumnya.
Mesin itu teknologi baru, outputnya double line, misalnya jumlahnya 10 tetapi kekuatannya seperti 20. “Dengan mesin baru itu akan memperbaiki kualitas dan output, sehingga jika 10 mesin sudah pasang semua maka kapasitasnya akan naik 35 persen,” papar dia.
Dia melanjutkan, dengan penambahan 10 mesin yang dimulai tahun 2021 itu menunjukan bahwa Schott Jerman mengakui Indonesia tempat yang baik untuk investasi. Dalam dua tahun terakhir kita naikan kapasitas produksi 50 persen untuk topline vial.
Topline itu adalah kualitas yang sangat tinggi. “Untuk mesin yang produk topline dalam dua tahun terakhir ditambah kapasitasnya 50 persen, salah satunya yang dulu diresmikan oleh pa Airlangga (mantan Menperin). Itu sesuatu yang tidak akan dilupakan, moga ke depan bisa lebih baik lagi,” kata Abelardo.
Abelardo menegaskan pula bahwa namanya mesin baru tentu sudah menerapkan industri 4.0. Mesin-mesin lama yang digunakan Schoot juga sudah menerapkan industri 4.0. Perusahaannya sambung dia sangat menekankan itu. Terbukti Schott sudah dianugerahi award industri 4.0 yang diakui sangat ketat seleksinya. “Kami jadinya tertantang untuk mendapatkannya lagi,” ungkapnya.
Abelardo merincikan, dalam mendukung teknologi 4.0, perusahaannya menerapkan beberapa upaya untuk mengembangkan skill karyawannya. Namun, dia menegaskan jumlah karyawannya memang tidak ditambah. Saat ini berjumlah 500 orang.
Untuk meng-upgrade skill, salah satu yang kita lakukan di bidang human resources ialah talen manajemen yang kerjanya training, evaluasi, dan lakukan berbagai inovasi, yang bikin skill operator yang operasikan mesin menjadi lebih baik.
Perusahaan itu juga selalu lakukan pertukaran tenaga, jadi orang Amerika ke sini, begitu juga orang Jerman demikianpun orang Indonesia dikirim ke sana untuk saling tukar pengalaman atau tukar keahlian sehingga meskipun ada tekonologi yang baru kita tidak perlu tambah orang. Dia menegaskan bahwa kuncinya investasi dan development dari karyawan. Analoginya, jika motornya bagus maka driver atau operatornya juga harus bagus. Kita punya mesin yang bagus tetapi kita juga harus punya operator yang bagus juga. Di Indonesia masih mudah untuk menemukan orang yang punya kompeten untuk bisa kendalikan atau jalankan dengan baik teknologi kita saat ini.
Persaingan Sehat
Abelardo juga mengikuti perkembangan regulasi di Indonesia. Terbaru misalnya soal UU Ciptakerja atau Omnibuslaw. Pihaknya yakin tujuan pemerintah baik tetapi mereka masih menunggu implementasinya seperti apa.
Dirinya juga berharap aturan turunan dari UU ini bisa mengurai beragam hambatan di dunia usaha, termasuk bagaimana menciptakan iklim pasar yang sehat dan kompetitif. Banyak ampul atau vial yang diimpor dari negara-negara lain. “Kami belum tahu gimana kualitasnya. Kami ingin pemerintah terus ciptakan kompetisi yang sehat, positif,” tukasnya.
Selain kompetisi yang sehat, Abelardo menegaskan bahwa semua pengguna obat, baik rumah sakit dan lainnya menghendaki agar kualitas obat baik. Tetapi kualitas obat juga ditentukan oleh packaging atau kemasannya. Jika kemasan baik, obat juga tentu berkualitas. “Artinya, satu ampul atau vial sama dengan satu nyawa orang Indonesia. Jadi kualitas dari packaging sangat mempengaruhi kualitas dari pada obat itu sendiri,” tegas dia. Schott terang Abelardo merasa investasi kemasan farmasi ini sangat liquid, mudah dibikin dan RI sangat terbuka untuk investasi. Efeknya bisa menambah lapangan kerja, sehingga secara langsung ekonomi di Indonesia akan tumbuh. “Lain halnya kita impor ampul dan vial dan produksinya di luar negeri,” tutup dia.