Pengembangan Vaksin Covid-19 Di Dalam Negeri

Oleh: Nur Fahmi Rofiq
Program vaksinasi merupakan wujud nyata dari upaya pemerintah dalam mempercepat penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Langkah ini diyakini pula dapat membangkitkan kembali gairah usaha dan kepercayaan bisnis bagi para investor atau pelaku industri di tanah air.
Kementerian perindustrian berkomitmen memacu kembali daya saing industri nasional melalui empat jurus jitu. Pertama, menjaga produktivitas industri selama pandemi melalui kebijakan pemberian Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI).
Kedua, meningkatkan kemampuan industri dalam negeri dalam mendukung penanganan Covid-19, khususnya industri farmasi untuk penyediaan obat-obatan dan alat kesehatan. Ketiga, pengoptimalan program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Dan, keempat, adalah melanjutkan program substitusi impor 35%, yang dilaksanakan secara simultan dengan peningkatan utilisasi produksi, mendorong pendalaman struktur industri, dan peningkatan investasi.
Salah satu kunci utama dalam upaya membangkitkan kinerja industri nasional pada tahun 2021 akibat pandemi Covid-19 ini adalah melalui program vaksinasi. Langkah strategis ini juga diharapkan dapat mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang program pengembangan vaksin Covid-19 di dalam negeri, kami melakukan wawancara dengan Direktur Operasi PT Bio Farma, Bapak M. Rahman Roestan. Berikut pertikan wawancaranya:
Di masa pandemi Covid-19, bagaimana dampaknya terhadap kinerja industri farmasi nasional?
Merujuk pada data HIS Markit, sektor yang terkena dampak besar di masa Pandemi ini adalah di sektor transportasi dan pariwisata. Sementara di sektor healthcare service relatif tidak terlalu berdampak. Secara lebih detail pasar farmasi nasional secara umum terjadi penurunan efektivitas bisnis sebesar 17%, penjualan produk farmasi
di rumah sakit mengalami penurunan sebesar 30% dikarenakan banyak masyarakat yang menghindari berobat di rumah sakit. Yang menarik adalah kecenderungan masyarakat membeli produk farmasi melalui daring/online semakin meningkat sehingga permintaan produk farmasi melalui drugstore naik mencapai 5%. Sementara itu, permintaan produk farmasi di apotek cenderung stabil.
Langkah apa saja yang dilakukan industri farmasi untuk tetap bertahan selama pandemi?
Selama pandemi PT Bio Farma sendiri menerapkan kebijakan 50% WFO untuk karyawan terkait administrasi, sementara untuk di fasilitas laboratorium dan produksi walaupun tidak bisa dioperasionalkan secara fullteam, tapi tetap dilakukan pembatasan pergerakan personil. Hal tersebut berdampak terhadap penurunan produktifitas.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan, kami juga tetap melakukan berbagai inovasi dalam mengatasi pandemi Covid-19 ini. Berbagai inovasi yang telah dilakukan antara lain melalukan pengembangan vaksin Covid-19, pembuatan Kit RT PCR, terapi plasma konvalesen, pembuatan Virus Transfer Media (VTM), dan pembuatan fasilitas mobile Lab BSL-3.
Bagaimana strategi industri farmasi dalam pengembangan industri farmasi nasional?
Secara umum industri farmasi nasional memiliki kemampuan untuk memproduksi produk farmasi, tapi belum memiliki kapasitas yang mumpuni karena bahan baku di dalam negeri masih terbatas. Walaupun industri dalam negeri sudah memiliki teknologi untuk produksi, tapi kemandirian akan bahan baku masih kurang.
Salah satu tujuan holding BUMN sektor farmasi adalah memperkuat 4 (empat) pilar farmasi nasional diantaranya Bio-Pharmaceutical, Vaksin, Obat Herbal Alam, dan Obat Kimia. PT Bio Farma merupakan BUMN yang difokuskan untuk memperkuat pilar Bio-Pharmaceutical dan Vaksin. Karena PT Bio Farma bertanggung jawab terhadap penyediaan vaksin, maka semua vaksin imunisasi dasar menjadi tugas PT Bio Farma dalam penyediaanya.
Bagaimana strategi industri farmasi dalam pengembangan industri vaksin covid-19 di dalam negeri?
Dalam pengembangan vaksin, Pemerintah menetapkan strategi jangka Pendek dan Jangka Menengah. Untuk jangka pendek, fokus pemerintah adalah penanganan pandemi covid-19 secara cepat. Sehingga di tetapkan kriteria pemilihan penyedia vaksin yaitu diantaranya telah melalui Uji Klinis Fase 3 dan bersedia melakukan Transfer Teknologi sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut didalam negeri.
Sedangkan untuk strategi jangka menengah dan panjang, pemerintah membentuk konsorsium nasional untuk join R&D Vaksin Covid-19 yang terdiri dari Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman; Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan.
Secara umum tipe vaksin yaitu berupa virus (inactivated dan Weakened), viral vector, nucleic acid, dan protein-based. PT Bio Farma sendiri memiliki kemampuan dalam pengembangan platform vaksin dari virus inaktif. Sehingga itu menjadi salah satu kriteria kami memilih partner penyedia vaksin disamping kriteria yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Pada bulan oktober 2020, terdapat beberapa penyedia vaksin yang telah mencapai Uji Klinis Fase 3 antara lain Sinopharm, Sinovac, Bharat Biotech, Moderna, Pfizer, Novavax, AstraZeneca. Namun setelah dijajaki terkait dengan platfom vaksin yang digunakan, komitmen untuk melakukan transfer teknologi, dan pastinya kesediaan mereka untuk memberikan vaksin ke Indonesia secara cepat, pilihannya jatuh pada vaksin Sinovac. Disaat semua negara di dunia membutuhkan vaksin, disini peran diplomasi pemerintah menjadi sangat penting dalam proses perolehannya baik secara bilateral maupun multilateral.
Bagaimana dukungan PT Bio Farma dalam menyukseskan program vaksinasi nasional?
PT Bio Farma telah menerapkan Quality Management System (QMS) sesuai standar WHO, sehingga sejak tahun 1997 Vaksin yang diproduksi oleh kami yaitu vaksin Polio dan Campak sudah diakui oleh WHO. Berturut-turut Vaksin Tetanus, sampai terakhir pada Tahun 2019 yaitu Vaksin Polio Vaccine – Oral (OPV) Monovalent Type 2 (mOPV Type 2) juga telah diakui oleh WHO. Sampai saat ini vaksin yang sudah diproduksi oleh perusahaan kami telah di ekspor ke lebih dari 50 Negara termasuk Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Selama pandemi covid-19, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan inisentif fiskal dan non fiskal, apakah kebijakan tersebut membantu peningkatan kinerja industri farmasi nasional?
Insentif yang paling memberikan dampak bagi industri farmasi adalah terkait dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Produk Farmasi. Dengan adanya Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 16 Tahun 2020 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai TKDN Produk Farmasi, sangat membantu kinerja industri farmasi dalam negeri selama pandemi Covid-19.
Usulan kebijakan apa yang diharapkan /diusulkan oleh PT Bio Farma terkait peningkatan kinerja industri farmasi nasional?
Banyak lembaga penelitian atau perguruan tinggi nasional yang melakukan riset dan pengembangan di industri farmasi. Sehingga sangat diperlukan database nasional jenis penelitian dari masing-masing lembaga. Tujuannya adalah agar litbang yang dilakukan tidak tumpang tindih, dan dapat lebih efektif untuk dikembangkan lebih lanjut melalui kolaborasi dengan lembaga lain. Sejauh ini, PT Bio Farma mengutamakan untuk bekerja sama dengan partner dari dalam negeri. Namun, jika tidak dapat partner di dalam negeri, akan mencari partner dari luar negeri.
Sebagai salah satu pendukung industri farmasi, apa harapan persusahaan ke depan terutama seiring dengan potensi kebutuhan farmasi dan alkes yang meningkat?
Untuk jangka panjang, pengembangan vaksin Covid-19 saat ini dilakukan oleh konsorsium nasional yang dalam pengembangannya melibatkan 7 lembaga. Harapannya, riset tersebut tidak berhenti setelah vaksin ditemukan tetapi tetap juga dilakukan secara terus menerus untuk mengantisipasi perkembangan dari jenis virus ini. Sebagai contoh pengalaman yang dialami oleh China. Setelah mengalami wabah SARS-CoV-1 dan vaksinnya ditemukan, China terus melakukan riset. Sehingga saat wabah SARS-CoV-2 (Covid-19) terjadi, China sudah memiliki database penelitian terdahulu dan mempermudah serta mempercepat pengembangan lebih lanjut.