skip to Main Content

PT Pan Brothers Tbk Wujudkan Kemandirian Industri APD dan Masker

Semakin merebaknya virus corona atau Covid-19 di Indonesia membuat kebutuhan akan masker dan alat medis lainnya melonjak tajam. Beberapa pelaku industri pun akhirnya banting setir untuk memproduksi masker dan memasarkannya secara luas.

Hal itu pun turut dirasakan produsen garmen berorientasi ekspor, PT Pan Brothers Tbk (PBRX). Tak tanggung-tanggung, perusahaan pilot project INDI 4.0 dari Kementerian Perindustrian tersebut menargetkan produksi masker kain hingga 100 juta pcs sampai akhir tahun 2020. Sementara untuk APD diproyeksi mencapai 10 juta pcs sampai akhir tahun 2020.

“Sampai saat ini produksi untuk masker kain dan APD kita masih jalan terus. Diproyeksi sampai 100 juta pcs masker kain dan 10 juta pcs untuk APD hingga akhir tahun 2020,” kata Wakil Direktur Utama PT. Pan Brothers Tbk. Anne Patricia Sutanto.

Berawal dari complimentary untuk seluruh karyawan dan keluarga PBRX yang mulai diproduksi awal bulan Maret 2020, permintaan masker produksi Pan Brothers terus meningkat sehingga membuat perseroan harus menggunakan sistem ritel. Begitupun dengan permintaan APD yang mendapat respon sangat baik di pasar ekpor maupun domestik.

Anne mengungkapkan bahwa pasca dikeluarkannya izin dan lisensi ekspor, APD produksi PBRX mendapatkan permintaan yang cukup signifikan dari berbagai negara antara lain, Amerika Serikat (AS), Kanada, Timur Tengah, Prancis, Italia, Spanyol, Afrika Selatan dan Singapura.

“Ekspor kita mulai berjalan September 2020 ke berbagai negara yang paling utama adalah AS, Kanada, Timur Tengah, Prancis, Italia, dan Spanyol,” ujar Anne.

Sepanjang semester I-2020, kedua produk ini berkontribusi sebesar 10% terhadap pendapatan total Pan Brothers yang mencapai US$ 326,21 juta. Total pendapatan ini meningkat 15% dari periode sama tahun 2019 yang sebesar US$ 284,8 juta. 

Namun, Anne melihat kebutuhan masker dan APD akan semakin berkurang pada tahun 2021. Hal ini seiring dengan rencana pemerintah melakukan vaksinasi Covid-19 secara menyeluruh. Oleh karena itu, perseroan akan mengurangi volume produksi masker dan alat pelindung diri (APD) medis pada 2021 sekitar 60-70 persen dari realisasi tahun ini.

“Selama transisi masa vaksinasi, tetap akan ada kebutuhan APD medis dan masker, tapi jumlahnya kecil dari tahun ini. Jadi, kami merasa APD medis dan masker mungkin hanya 30-40 persen dari produksi tahun ini untuk produksi 2021. Alhasil, Anne menyatakan performa ekspor masker maupun APD medis akan berkurang pada 2021,” kata Anne.

Meski demikian, perseroan akan tetap memprioritaskan kebutuhan dalam negeri sebelum mengekspor. Oleh karena itu, alokasi maksimal ekspor masker hanya mencapai 50 persen dari total produksi APD perseroan. Hingga saat ini, PBRX telah memproduksi 8 (delapan) jenis masker antara lain, masker biasa, masker anti virus, masker antivirus dengan water repellent, masker fashion, masker four ply, Masker Dry Fit, Masker N95 dengan Nozzle, dan masker untuk anak kecil.

Kinerja Tahun 2020

Sepanjang semester I-2020, Pan Brothers mencatatkan pendapatan US$ 326,21 juta atau naik 14,54% secara year on year (yoy) dari US$ 284,78 juta. Laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk bahkan meningkat 42,55% yoy, dari US$ 8,47 juta menjadi US$ 12,08 juta.

Sedangkan realisasi ekspor Pan Brothers periode Januari – Oktober 2020 sebesar USD 556 juta. Penjualan Pan Brothers juga naik 7 persen di kuartal III tahun 2020 menjadi USD 523 juta.

Anne memprediksi, pendapatan Pan Brothers hingga akhir tahun 2020 bakal tumbuh 10%-15%, tetapi lebih ke arah 15%. Menurut dia, kenaikan ini didorong oleh penjualan APD medis dan masker nonmedis, sedangkan pertumbuhan penjualan dari brand global secara tahun penuh 2020 diperkirakan bakal stagnan.

Selain itu, perseroan juga akan meningkatkan kapasitas produksinya untuk garmen yang sebelumnya 117 juta juta potong di tahun 2019 dan 2020, menjadi 130 potong di 2021. Hal ini seiring dengan penambahan dua global brand terbaru, salah satunya Lelulemon Athletica.

Dijelaskan Anne, penambahan kapasitas produksi ini hubungannya dengan otomatisasi dan digitalisasi sehingga meningkatkan produktivitas serta efisiensi per-shift. 

Sebagai pionir di sektor pakaian jadi untuk penerapan industri 4.0, perseroan akan memfokuskan penambahan investasi untuk melakukan otomatisasi dan digitalisasi lini produksinya dalam upaya menerapkan industri 4.0.

Sepanjang tahun 2019 dan 2020, PBRX mengkonsentrasikan diri menambah kapasitas melalui otomatisasi, digitalisasi dan upscalling seluruh lini personal yang ada. Maintenance capex 2020 dibudgetkan sebesar USD 15 juta. Sampai September 2020, realisasi capex 2020 sebesar USD 4,2 juta.

Walaupun melakukan otomatisasi dan digitalisasi, Anne menegaskan tidak akan mengurangi tenaga kerja dan justru akan menambah rekrutmen karena produktivitas bisa digenjot melalui otomatisasi. “Untuk investasi, perseroan akan fokus digitalisasi dan otomatisasi. Kita ingin semua pabrik well rounded, sehingga kalau sewaktu-waktu dibutuhkan sampai full force, kita ready,” tutup Anne.

Back To Top