Kesiapan Sektor ITPT Mendukung Program Substitusi Impor 35% Pada Tahun 2022

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) : Jemmy Kartiwa
Kementerian Perindustrian fokus mewujudkan program substitusi impor sebesar 35% pada tahun 2022. Target ini diakselerasi guna mendorong pemulihan ekonomi nasional akibat dampak pandemi Covid-19. Dalam target substitusi impor, tekstil dan produk tekstil menjadi salah satu komoditi yang menjadi pendorong utama tercapainya target substitusi impor 35%. Terdapat 548 pos tarif yang ditargetkan untuk diturunkan nilai impornya yang sebelumnya Rp 89.40 triliun pada tahun 2019 dapat disubstitusi sebesar Rp 31,18 tiliun khususnya untuk tekstil dan Rp 2,7 triliun untuk pakaian jadi dari sebelumnya Rp 7,71 triliun pada tahun 2019.
Beberapa langkah-langkah strategis untuk percepatan Program substitusi impor sebesar 35% khususnya untuk industri tekstil dan pakaian jadi antara lain : 1) peningkatan kapasitas, pendalaman struktur danĀ industri peningkatan utilisasi industri dalam negeri melalui : Peningkatan Kapasitas industri Polyseter dan Rayon serta industri bahan bakunya, fasilitasi pendirian Textile industrial Park/ apparel park serta peningkatan kapasitas industri bahan baku dan bahan penolong, 2) implementasi Making Indonesia 4.0 pada sector tekstil dan apparel, 3) Penguatan Supply ChainĀ dan peningkatan konektivitas dan perbaikan alur aliran material melalui Textile Hub berbasis IOT, 4) melanjutkan Program Restrukturisasi mesin/ peralatan Industri TPT dengan fokus pada industri dyeing printing dan finishing; 5) Peningkatan kemampuan SDM industri, 6) Promosi dan pemulihan Permintaan Dalam Negeri melalui promosi dan kampanye bangga buatan Indonesia dan program P3DN, 7) penyelesaian permasalahan harga energi dan pencemaran lingkungan, 8)Pemberian insentif dan penyerderhanaan beberapa regulasi; serta pengendalian impor melalui pengaturan tata niaga, penerapan trade remedies berupa anti dumping, safeguard dan non tariff barrier lainnya.
Capaian substitusi impor untuk tekstil dan pakaian jadi cukup positif di tahun 2020 dengan terjadinya penurunan impor sebesar Rp 25,82 triliun atau terjadi substitusi impor sebesar 28,18%. Penurunan impor juga berlanjut di tahun 2021 sampai dengan triwulan I dengan penurunan nilai impor 16,7%. Dampak positif yang umum terjadi pada industri adalah kembalinya peningkatan utilisasi industri TPT, serta meningkatnya investasi pada industri TPT.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) : Jemmy Kartiwa sebagai asosiasi yang menaungi para pelaku usaha industri tekstil dan produk tekstil seluruh Indonesia dalam sesi wawancara khusus secara gamblang membeberkan pandangan terkait dengan Program substitusi impor 35% yang telah ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian. Berikut petikan wawancaranya:
Apakah API sudah mengetahui Program Pemerintah terkait dengan Substitusi Impor 35% pada tahun 2022? Dan menurut API apakah program ini sudah tepat?
API sudah mendapatkan informasi mengenai program substitusi impor 35% dari unit kerja terkait di Kementerian Perindustrian. API menyambut baik inisiatif pemerintah untuk meningkatkan penggunaan bahan baku produksi dalam negeri serta giat juga mensosialisasikan program tersebut kepada anggota kami. Untuk menjadikan program ini tepat guna, maka diperlukan kebijakan-kebijakan yang menunjang disertai dengan koordinasi dan kerjasama yang kuat antara K/L pemerintah terkait dan industri. Kebijakan yang dapat diberlakukan antara lain menyangkut ketersediaan pasar domestik dan ekspor serta penguatan daya saing industri TPT.
Dari keseluruhan pos tarif sebanyak 553 HS (HS FIlamen, Benang dan kain di Permendag 77, HS benang, kain, tirai, karpet yang masuk safeguard, HS rencana untuk pakaian jadi yg disefeguard, HS kapas, HS BMAD Poliester, HS rayon, HS alas kaki permendag 68), apakah sudah cukup atau perlu dikoreksi?
Menurut kami sementara sudah cukup dan yang terpenting adalah bagaimana kita mengawal implementasinya
Apakah target substitusi impor 35% dapat tercapai di tahun 2022 atau terlalu optimistic, khususnya untuk TPT? Jika iya/tidak berikan alasannya
Target ini tidak dapat dikatakan terlalu optimistis. Kementerian Perindustrian tentu telah menentukan target tersebut berdasarkan perhitungan pertumbuhan industri terkait pada tahun- tahun sebelumnya. Namun perhitungan tersebut ternyata sulit terealisasi karena adanya faktor tidak terduga seperti pandemi Covid-19 yang menekan kinerja industri TPT dengan sangat dalam.
Menurut API Program-program yang telah disiapkan oleh Pemerintah seperti P3DN, penurunan harga gas, e-smart IKM, Program Bangga Buatan Indonesia sudah cukup efektif?
Sudah cukup efektif, namun perlu penguatan pelaksanaan program tersebut terutama aturan pelaksanaan dan dukungan aturan dan sosialisasi realisasi program-program tersebut agar terimplementasi dengan benar di lapangan.
Menurut API bagaimana dampak positif/negatif dari pelaksanaan Program ini terhadap kinerja industri TPT dalam negeri?
Cukup baik memicu peningkatan perbaikan kondisi TPT. Semisal program penurunan harga gas cukup membantu menghemat biaya produksi bagi industri hulu. Program E-smart IKM membantu IKM dalam memudahkan pemasaran produk. Program sertifikasi P3DN cukup membantu menghemat biaya bagi industri.
Siapa saja yang harus berperan dalam Program substitusi impor ini? Apa saja Langkah yang sudah dsiapkan API dalam rangka mendukung program ini?
Pemerintah, pelaku industri, serta masyarakat memiliki peran yang sama pentingnya dalam mewujudkan target program ini. Pemerintah betugas untuk memberikan framework kebijakan yang mendukung, diantaranya menjamin pangsa pasar dalam negeri bagi industri nasional. Industri bertugas untuk memanfaatkan peluang yang timbul dari kebijakan tersebut untuk berbenah diri mengikuti permintaan pasar. Masyarakat sebagai konsumen bertugas untuk mengutamakan konsumsi produk dalam negeri dibandingkan impor, karena kini terbukti telah banyak produk dalam negeri yang kualitas dan harganya bersaing atau bahkan lebih baik dibandingkan impor.
Menurut API apa saja prasayarat utama agar target substitusi impor dapat tercapai?
Untuk mampu mencapai target subtitusi impor dibutuhkan ketersediaan bahan baku di dalam negeri sehingga tidak perlu lagi melakukan impor bahan baku yang banyak, lalu inisiatif dan kemauan industri dalam negeri untuk meningkatkan kualitas produksi dengan didukung oleh kebijakan dari pemerintah guna menciptakan lingkungan usaha yang ideal, hal ini mampu meningkatkan daya saing bahan baku dalam negeri. Selain itu pula, menjadi penting agar target subtitusi impor ini dapat tercapai jika memiliki ketersediaan pasar dengan masyarakat yang memiliki kesadaran untuk menggunakan dan bangga membeli produk dalam negeri.
Program substitusi impor bukan hanya melakukan penurunan impor melalui lartas atau kebijakan tarif maupun non tarif measures lainnya, bagaimana kesiapan industri dalam negeri untuk bisa mensubstitusi barang-barang impor yang dilartaskan?
Pada prinsipnya industri dalam negeri siap mensubsitusi barang-barang impor tersebut.
Bagaimana Investasi yang dilakukan di sektor TPT saat ini? Apakah akan cukup membantu program ini berjalan atau cukup meningkatkan utilisasi saja?
Investasi yang dilakukan industri saat ini masih sangat terbatas namun cukup membantu program subsitusi tersebut. Jika nantinya order makin banyak akibat pembatasan impor/program subsitusi berjalan maka kami meyakini investasi akan meningkat.
Apakah di tengah kondisi pandemi yang meningkat dan tentunya membatasi ruang gerak perusahaan, apakah industri dalam negeri mampu memanfaatkan peluang dari turunnya impor?
Ya, kami akan memanfaatkan turunnya impor sehingga permintaan domestik akan meningkat seiring pembatasan dan penurunan impor
Demikian siaran pers bersama ini untuk disebarluaskan.