Kemenperin Koordinasikan Produksi dan Distribusi Oksigen Medis Bagi Penanganan Covid-19

Kementerian Perindustrian proaktif melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait dalam upaya menangani kebutuhan gas oksigen untuk penanganan pasien Covid-19 di sejumlah daerah. Langkah sinergi tersebut untuk mempermudah dan mempercepat pelaksanaan program tersebut sehingga tepat sasaran.
“Kami turut berperan aktif dalam upaya penanganan lonjakan, supply dan mobilisasi terhadap kebutuhan gas oksigen di dalam negeri. Kami sedang melakukan koordinasi terkait pengadaan oksigen, tabung, isotank, dan oksigen konsentrator,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Kamis (8/7).
Adapun koordinasi yang telah dijalankan antara Kemenperin dengan Kementerian Kesehatan, antara lain adalah untuk memastikan pembagian wilayah tugas dan tanggung jawab. Selanjutnya, dengan pemerintah daerah untuk mengkonfirmasi angka kebutuhan oksigen dan tabung oksigen.
Selanjutnya, dengan pemerintah daerah untuk mengkonfirmasi angka kebutuhan oksigen dan tabung oksigen. “Kami juga mendukung perusahaan-perusahaan produksi oksigen di dalam negeri untuk membantu suplai oksigen, tabung oksigen, dan menginventarisasi potensi impor. Kontribusi perusahaan industri terhadap sektor kesehatan dalam penanggulangan Covid-19 sangat diharapkan dalam situasi sekarang,” jelas Menperin.
Untuk sementara, Kemenperin sudah berhasil mengamankan produksi dan distribusi oksigen medis hingga sekitar 1.764 ton/hari, 92 truk isotank pengangkut oksigen, 8.906 tabung oksigen, dan 5.609 unit oxygen concentrator. Angka ini akan terus naik lagi dalam beberapa hari kedepan setelah beberapa komitmen pembelian dan kontribusi industri dalam negeri direalisasikan. “Kemenperin akan terus berupaya mengamankan pasokan oksigen, kebutuhan tabung oksigen, isotank, maupun oxygen concentrator agar terealisasi,” tegas Menperin.
Berdasarkan data Kemenkes, angka kebutuhan oksigen bagi pasien Covid-19 per 4 Juli 2021 sebesar 2.262 ton per hari. Rinciannya, yaitu untuk 6.534 tempat tidur intensif sebesar 807 ton per hari (cair/liquid), dan untuk 70.654 tempat tidur isolasi sebesar 1.455 ton per hari.
Menperin mengemukakan, kemampuan suplai oksigen dari dalam negeri sebesar 1.700 ton per hari (1.500 ton dari pulau Jawa dan 200 ton dari luar Jawa). Sehingga dibutuhkan tambahan 1.000 ton per hari. Saat ini, sejumlah pelaku industri di tanah air berupaya untuk memberikan kontribusinya. Seperti Samator yang akan memfungsikan liquid faction unit di Surabaya. Mesin ini bisa memproses gas oksigen menjadi oksigen liquid hingga 36 ton per hari.
Berikutnya, Sojitz memiliki oxygen plant dan akan menurunkan produksinya untuk dikonsentrasikan ke oksigen. Oksigen yang dapat dimanfaatkan kurang lebih 20 ton. “Saat ini mereka sedang mencari tabung. Jika telah tersedia dan terisi, Sojitz akan segera mengirimkannya ke Jawa,” ujar Agus.
Sementara itu, industri pupuk, seperti Pupuk Kaltim dan Pupuk Sriwijaya, juga memiliki beberapa oxygen plant. “Jika mereka dapat didorong untuk menghentikan produksi di salah satu plant, ini akan membantu suplai oksigen kurang lebih 20 ton (1 unit isotank),” tandasnya.
Status realisasi oksigen (Per 7 Juli 2021)

Keterangan:
Pembiayaan pembelian in-stock 910 ton oksigen dari Samator dibebankan kepada APBN Kemenperin atau APBN Kemenkes
“Kami dibantu oleh Duta Besar RI di Singapura untuk mengumpulkan informasi dan membantu melakukan pendekatan kepada perusahaan-perusahaan Singapura yang dapat memasok oksigen ke Indonesia,” sebut Menperin.
Selain itu, akan berkoordinasi dengan TNI apabila membutuhkan alat angkut untuk pengiriman oksigen dari luar negeri,” imbuhnya. “Perusahaan transporter juga mendukung dalam mekanisme transportasi oksigen,” jelas Menperin.
Kebutuhan tabung gas di daerah
Menperin menambahkan, kebutuhan tabung gas oksigen di beberapa provinsi diperkirakan mencapai 20.000 tabung. Di Jawa Barat membutuhkan 9.000 tabung, Jawa Tengah 3.676 tabung, dan Jawa Timur 3.991 tabung, juga di Provinsi Banten dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menurut Menperin, total minimum suplai tabung oksigen sebanyak 32.580 tabung. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, di tahap pertama Kemenperin memutuskan akan membeli sebanyak 7.100 unit tabung oksigen dari Smart Gas SG. Diharapkan, tabung tersebut sudah dikirim dari Singapura ke Jakarta pada hari ini (8/7). Pengangkutan tabung rencananya menggunakan kapal perang TNI.
Status Realisasi Tabung Oksigen (Per 7 Juli 2021)

Selanjutnya, Kemenperin telah menginventarisasi 79 unit isotank, dari kebutuhan sebanyak 140 unit, dengan rincian dari Tshingshan Steel Indonesia Morowali sebanyak 21 unit isotank, Pertamina (20 unit isotank), Pupuk Kujang (20 unit isotank), PT. AICO Energy (14 unit isotank), dan PT. Jatim Petroleum Transport (4 unit isotank).
Di luar 79 unit tersebut, ada potensi suplai isotank sejumlah 161 unit. Bila semua isotank terkonsolidasi maka total akan diperoleh sebanyak 267 unit Isotank.
“Kemenperin memutuskan akan membeli 15 unit isotank baru yang telah diupayakan oleh KBRI dari Smart Gas SG. Untuk kebutuhan sisanya, Kemenperin akan mengoptimalkan pemanfaatan stok isotank dalam negeri, terutama menindaklanjuti komitmen SKK Migas,” jelas Menperin.
Status Realisasi Isotank (Per 7 Juli 2021)

Keterangan:
15 unit isotank yang diimpor akan diarahkan untuk mengangkut oksigen dari Linde, Airproducts
Pengadaan Konsentrator Oksigen
Sementara itu, Kemenperin memandang penting untuk secara proaktif membantu tugas Kemenkes dalam hal pencarian atau pengadaan oxygen concentrator/generator. Pembelian oxygen concentrator dipandang merupakan opsi terbaik karena lebih efisien, tidak memerlukan pembelian tabung atau memikirkan suplai oksigen dan secara otomatis mengurangi kebutuhan akan isotank. Karena itu, oxygen generator perlu didatangkan dalam jumlah sebanyak mungkin.
“Pengadaan konsentrator oksigen akan bisa membantu kebutuhan suplai oksigen medis “Oxygen concentrator tertentu bisa menyuplai 700 pasien Covid-19. Oksigen yang dihasilkan oleh alat tersebut memiliki tingkat kemurnian 93 persen dan ditujukan bagi pasien rawat inap,” ungkap Menperin.
Salah satu kendala dalam pengadaan oxygen concentrator adalah kelangkaan barang akibat tingginya permintaan dari Rusia dan Brasil yang juga mengalami lonjakan Covid-19. Target pembelian oxygen concentrator ditetapkan sebanyak 5.000 unit. Oxygen concentrator akan diarahkan untuk memangkas kebutuhan tabung yang diperuntukkan bagi pasien non-intensif.
Status Realisasi Oxygen Concentrator (Per 7 Juli 2021)

Keterangan:
Tujuh unit oxygen concentrator dari Gas Generator bertipe 500 dapat melayani 700 orang, Sedangkan Tipe 200 melayani 300 orang
Selain itu, Indorama menyampaikan siap memberikan bantuan hibah 600 unit oxygen concentrator sebagai bagian dari program CSR perusahaan. 500 unit oxygen concentrator akan diserahkan kepada Kemenperin, terdiri dari 250 unit 5L dan 250 unit 10L. Sisa 100 unit oxygen concentrator akan dibagikan ke fasilitas kesehatan di sekitar industri/ pabrik.
Untuk pembelian tahap pertama, Kemenperin akan memfinalisasi pembelian 1.000 unit oxygen concentrator dari Guangdong, Tiongkok dan menjajaki pembelian hingga 5.000 unit oxygen concentrator 10L dari perusahaan Livful, Tiongkok. Livful siap untuk mengirimkan 200 unit oxygen concentrator setiap dua hari sekali.
Selain itu, perusahaan manufaktur dalam negeri PT. Yogya Presisi Tekhnikatama Industri (YPTI) di Yogyakarta juga telah mengembangkan alat dengan reverse technology oxygen concentrator yang harganya cenderung terjangkau. “Kemenperin juga akan menggalang dan mengkoordinasikan keinginan beberapa pelaku industri untuk berkontribusi dalam bentuk oxygen concentrator,” pungkas Menperin.
Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.